PENDIDIKAN
Rabu, 04 Juli 2012
Wajah Pendidikan Indonesia
Kita sebagai orang
tua seringkali mengikutkan anak kita berbagai macam les tambahan di
luar sekolah seperti les matematika, les bahasa inggris, les fisika dan
lain-lain. Saya yakin hal ini kita dilakukan untuk mendukung anak agar
tidak tertinggal atau menjadi yang unggul di
sekolah. Bahkan, terkadang ide awal mengikuti les tersebut tidak
datang dari si anak, namun datang dari kita sebagai orang
tua. Benar tidak?
Memang, saat ini kita menganggap tidak
cukup jika anak kita hanya belajar
di
sekolah saja, sehingga kita mengikutkan anak kita bermacam-macam
les. Kita ingin anak kita pintar berhitung, kita ingin anak kita mahir
berbahasa inggris, kita juga ingin anak kita jago fisika dan lain
sebagainya. Dengan begitu, anak memiliki kemampuan kognitif yang baik.
Ini tiada lain karena, pendidikan
yang diterapkan di
sekolah-sekolah juga menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan
kemampuan kognisi. Dengan pemahaman seperti itu, sebenarnya ada hal lain
dari anak yang tak kalah penting yang tanpa kita sadari telah
terabaikan. Apa itu? Yaitu memberikan pendidikan
karakter pada
anak didik. Saya mengatakan hal ini bukan berarti pendidikan
kognitif tidak penting, bukan seperti itu!
Maksud saya, pendidikan
karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif.
Beberapa kenyataan yang sering kita jumpai bersama, seorang pengusaha
kaya raya justru tidak dermawan, seorang politikus malah tidak peduli
pada tetangganya yang kelaparan, atau seorang guru
justru tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang tidak mendapatkan
kesempatan belajar
di
sekolah. Itu adalah bukti tidak adanya keseimbangan antara pendidikan
kognitif dan pendidikan
karakter.
Langganan:
Postingan (Atom)